Kata "Kaum Bumi Datar"
sering lewat di timeline Facebook saya. Juga dibeberapa komentar-komentar yang
membicarakan tentang politik. Di twitter pun sama, kata ini sering sekali
didengungkan akhir-akhir ini.
Saya penasaran dan bertanya-tanya,
ini maksudnya apa sih ngomongin bumi datar. Ditujukan ke siapa sebutan ini.
Akhirnya saya membuat status di Facebook.
Tidak beberapa lama kemudian, ada
seorang teman yang berkomentar distatus facebook saya.
Status Facebook saya :
" Ini Maksudnya apa sih kaum
bumi datar. Ditujukan kesiapa?".
Komentar-komentar:
Teman FB : "Tanya sama
pencetus bumi datar pak".
Saya : " Iya,siapa
pencetusnya? "
Teman FB : " Tanya mbah
google pak".
Saya : Oke oke. Tar
saya bikin tulisan tentang bumi datar deh.
Teman FB : Siyap..saya tunggu ya
pak. jangan lupa sekalian kasih tau keliatan datarnya kalo diliat diujung
bumi bagian mana yak.
Dari situ, saya jadi tertarik ingin
menulis dan mengetahui asal usul bumi datar yang sekarang sering
diperbincangkan.
Olok-olokan politik
Sebelumnya saya tidak tahu pasti,dan
hanya mengira-ngira saja, bahwa sebutan bumi datar ini ditujukan pada siapa.
Lalu saya searching di google dengan kata kunci "Bumi Datar".
Ternyata perkiraan saya benar, gelar bumi datar ini adalah semacam olok-olokan
politik buat orang atau kelompok masyarakat yang kontra dengan pemerintah,
bebal, anti fakta dan sebagainya. Yang melabeli biasanya orang atau kelompok
masyarakat yang pro pemerintah.
Memang, sejak pilpres 2014 lalu,
polarisasi antar masyarakat semakin meruncing. Kubu-kubuan. Tambah meruncing
dan semakin memanas saat pilgub DKI 2016 lalu. Masing-masing pihak saling
serang, nyinyir hingga terkadang menyebarkan berita-berita hoax dan fitnah.
Mereka mengklaim, kebenaran hanya dari pihak mereka.Pokoknya yang bersebrangan
adalah salah.
Menurut Muhammad Najib Azca seorang
sosiolog Fisipol UGM yang saya kutip dari detik, salah satu penyebabnya adalah
tentang kondisi masyarakat yang dihujani hoax dan saling olok dengan aneka
julukan negatif. Selain bumi datar, ada istilah Sumbu Pendek, Kecebong, Bani
Taplak dan lain-lain.
Sebutan-sebutan tadi sebenarnya
untuk menempelkan citra buruk kepada pihak lain. Ini tidak sehat dalam
masyarakat yang beradab,pungkasnya.
Lebih jauh lagi, Najib mengatakan
bahwa masyarakat dunia masuk dalam Post Truth Sociaty. Masyarakat mengalami
tsunami informasi sehingga sulit menyaring informasi yang akurat. Post Truth
Sociaty menurutnya adalah masyarakat yang tidak mementingkan fakta dalam proses
komunikasi sosial. Preferensinya pada kesukaan,bukan kepada
kebenaran. Hanya mengambil sikap hanya pada yang ia sukai dan yakini.
Lebih memuaskan dimensi emosi dari pada rasionalitas. Lebih banyak digerakan
aspek emosi dari pada rasio dan kognisi.
Kaum Bumi Datar menjadi olok-olok
politik karena ada kelompok yang punya kemiripan sifat dengan Flat Earth
Sociaty. Komunitas pseudoscience Flat Earth ini memang punya reputasi sebagai
kelompok yang keras kepala dan antifakta. Yang akhirnya menjadi konsumsi
politik untuk membedakan satu kubu dengan kubu yang lainnya.
Bumi Datar dan kitab suci
Sebelum ramai seperti sekarang ini,
sebenarnya istilah "Bumi Datar" ini pernah menjadi keyakinan
sebagian masyarakat Eropa dan Gereja pada abad pertengahan. Pada saat
itu, masyarakat Eropa dan Gereja percaya bahwa bumi datar dan merupakan pusat
tata surya, bukannya matahari.
Adalah Galileo seorang ilmuwan yang mempunyai pandangan dan keyakinan
berbeda, yang menyebutkan bahwa matahari lah sebagai sistem tata surya, dan
bumi mengitari matahari. Bukan sebaliknya. Akibat pandangannya itu, ia dianggap
melenceng dari keyakinan yang selama ini dianut oleh masyarakat maupun gereja
pada saat itu. Dia diajukan ke pengadilan gereja Itali tanggal 22 Juni 1622.
Dia dihukum dengan pengucilan
(tahanan rumah) sampai meninggal. Baru pada tahun 1992, Paus Yohanes Paulus II
menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu salah. Dan pada tanggal
21 Desember 2008, Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katollik Roma merehabilitasi
namanya sebagai ilmuwan.
Hingga kini, perdebatan tentang bumi datar masih berlanjut .
Baik yang pro Bumi Datar dan Bumi bulat mengklaim kebenarannya masing-masing.
Mereka pun mengutip dalil-dalil dalam kitab suci untuk membuktikan keyakinannya.
Kelompok bumi datar tak hanya didominasi oleh orang Kristen, Flat Earth Sociaty
berkembang juga di sebagian kalangan Islam.
Tulisan Robert J Schwadewald di The
Bulletin of the Tychonian Sociaty #44 berjudul The Flat Earth Bible menjadi
Dalil dan dasar argumen mereka.
Banyak ayat Injil yang dikutip dalam
tulisannya tentang klaim bahwa bumi itu datar. Antara lain adalah :
Daniel 4:10-11
"Melihat
sebatang pohon yang amat tinggi di tengah bumi… pohon itu tingginya mencapai
ujung langit dan dapat terlihat dari titik bumi paling jauh "
Matius 4:8
Sekali lagi, iblis
membawanya ke gunung yang sangat tinggi, dan menunjukkan kepadanya semua
kerajaan dunia dengan segala kemegahannya
Wahyu
7:1
Dalil-dalil
tersebut ditafsirakan dan dijadikan pijakan untuk mendukung klaim bahwa bumi
itu datar.
Dalam
sebagian kalangan Islam pun ada yang mengutip dan menafsirkan ayat-ayat Al
Quran untuk mendukung klaim bahwa bumi itu datar.
"Yang telah
menjadikan bagimu bumi, sebagai hamparan (tempat hidupmu), dan yang
telah menjadikan bagimu di bumi itu (sebagai tempat ber)jalan-jalan, dan
menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu,
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam." – (QS.20:53)
Dan
Kami hamparkan
bumi
itu, dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan
padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata." – (QS.50:7)
Padahal
tidak ada kata yang secara eksplisit menyebutkan bahwa bumi itu datar dalam Al
Quran. Hanya ada kata “Hampar”.
Zaman Keemasan
Mundur
lagi beberapa abad kebelakang, Bagdad di Irak dan Andalusia yang sekarang
Spanyol, merupakan dua kota yang terkenal. Kota yang menjadi kiblat dan rujukan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan pada jamannya. Zaman
keemasan, zaman dimana peradaban Islam maju dan berkembang menjadi rujukan dunia.
Zaman
dimana ilmu pengetahuan maju dan berkembang. Ilmuwan-ilmuwan Islam bermunculan
yang memberikan kontribusi yang besar untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi setelahnya.
Dalam
Ilmu kedokteran contohnya, ada Ibnu Sina,
mengarang kanon kedokteran yang menjadi referensi berabad-abad dibidang
kedokteran. Banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah Bapak Kedokteran Modern.
Al Khawarizmi
seorang ilmuwan dalam bidang matematika, astronomi dan geografi. Dalam bidan
matematika, beliau yang membuat konsep matematika yang kita kenal sekarang
adalah Algoritma. Beliau juga yang menemukan angka nol dalam bilangan.
Ilmuwan-ilmuwan
yang tak kalah pentingnya dalam peradaban islam dan mempunyai kontribusi besar
dalam kemajuan jaman sekarang adalah Ibnu
Haitham dibidang optik dan menemukan konsep
kamera, Ibnu Rushd, dan lain-lain.
Banyak pula Ilmuwan-ilmuwan
muslim yang mempunyai peran besar dalam ilmu astronomi dan geografi. Yang
menyatakan bahwa Bumi itu Bulat dalam beberapa penemuannya. Mereka antara
lain adalah:
Al
Biruni
merupakan
matematikawan , astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,
pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada
bidang matematika, filsafat, obat-obatan, dan
menyatakan bumi itu bulat.
Berikut karya-karya Al-Biruni ialah:
·
Ketika berusia 17 tahun, dia
meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima
matahari.
·
Ketika berusia 22, dia menulis
beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi",
yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada
bidang datar.
·
Ketika berusia 27, dia telah menulis
buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang
dihasilkan oleh dia (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang
astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal,
4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
·
Dia membuat penelitian mengenai
jari-jari Bumi senilai
6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya pada bidang matematika yakni:
·
Aritmatika teoretis
and praktis
·
penjumlahan seri
·
kaidah angka 3
·
teori perbandingan
·
definisi aljabar
·
metode pemecahan penjumlahan aljabar
·
Geometri
·
Sudut segitiga
Al Battani
Ia lebih dikenal dengan
panggilan Al-Battani atau Albatenius. Buah pikirnya dalam bidang astronomi yang
mendapatkan pengakuan dunia adalah lamanya bumi mengelilingi bumi.
Berdasarkan
perhitungannya, ia menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut
dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati
dengan perhitungan terakhir yang dianggap lebih akurat.
Itulah hasil jerih
payahnya selama 42 tahun melakukan penelitian yang diawali pada musa mudanya di
Raqqa, Suriah. Ia menemukan bahwa garis bujur terajauh matahari mengalami
peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh
Ptolemy.
Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai
gerak lengkung matahari. Al Battani juga menentukan secara akurat kemiringin
ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari. Ia pun bahkan berhasil
menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan
sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru.
Ini terkait dengan
pergantian dari sebuah bulan ke bulan lainnya. Penemuannya mengenai garis
lengkung bulan dan matahari, pada 1749 kemudian digunakan oleh Dunthorne untuk
menentukan gerak akselerasi bulan. Dalam bidang matematika, Al Battani juga
memberikan kontribusi gemilang terutama dalam trigonometri.
Masih
banyak lagi Ilmuwan-ilmuwan muslim pada zaman keemasan Islam yang mempunyai
kontribusi besar bagi kemajuan dunia dewasa ini.
Semua
yang mereka ciptakan dan temukan bukan serta merta hasil pemikiran mereka.
Mereka mengkaji dari berbagai sumber peradaban seperti Yunani, India,China dan Persia. Yang pada akhirnya menjadi suatu penemuan dan
ilmu baru yang bisa berguna bagi manusia.
Karena
setiap peradaban seperti lari estapet. Selalu saling terhubung dan bekerja sama
satu dengan yang lainnya. Saling melengkapi.
Jadi
kesimpulannya, sebutan bumi datar yang akhir-akhir ini marak adalah sebenernya
hanya olok-olokan politik seperti juga kecebong, bani taplak dan lain-lain. Dan itu seharusnya dihindari, baik dari kubu A
atau B. Sudah saatnya kita kritik dengan cara yang sehat dan benar. Tak peduli
siapa pemimpinnya. Kita ini rakyat, oposisi sejati. Tak usah pilih-pilih jika
ingin mengkritik pemerintah.
Bukan siapa
yang memimpin, tapi nilai yang dikeluarkan, apakah berpihak kepada rakyat,
apakah kebijakannya adil, dan lain-lain. Apresiasi secukupnya jika bagus,
kritik jika melenceng. Cukup sederhana.
Bogor,
11 November 2017
“Belajar
Hidup untuk hidup”
Youtube : https://www.youtube.com/c/bebeksaurusid
Youtube : https://www.youtube.com/c/bebeksaurusid
Referensi:
Dari berbagai
sumber.
0 comments:
Post a comment